Minggu, 27 April 2014

Proses Pembentukan Tanah



Proses pembentukan tanah adalah perubahan dari bahan induk menjadi lapisan tanah. Perkembangan tanah dari bahan induk yang padat menjadi bahan induk yang agak lunak, selanjutnya berangsur-angsur menjadi tanah pada lapisan bawah (subsoil) dan lapisan tanah bagian atas (topsoil), dalam jangka waktu lama sampai ratusan tahun hingga ribuan tahun. Perubahan-perubahan dari batuan induk sampai menjadi tanah karena batuan induk mengalami proses pelapukan, yaitu proses penghancuran karena iklim.
Tahap pertama dari proses pembentukan tanah adalah proses pelapukan. Proses ini terjadi penghancuran dan pelembutan dari bahan induk tanpa perubahan susunan kimianya. Pelapukan dipengaruhi oleh faktor iklim yang bersifat merusak. Faktor-faktor iklim yang turut menentukan adalah sinar matahari, perbedaan temperatur antara siang dan malam, keadaan musim kemarau dan musim penghujan.
Pada awalnya batuan pecah dalam bentuk pecahan-pecahan batuan dan mineral-mineral penyusunnya. Selanjutnya oleh adanya air, asam dan senyawa-senyawa yang larut dalam air, pecahan-pecahan bantuan dan mineral ini menjadi lunak dan terurai ke dalam unsur-unsur penyusunnya. Dari bahan-bahan sisa penguraian dan senyawa kembali membentuk mineral-mineral baru.
Pelapukan digolongkan dalam tiga bentuk :
  1. Pelapukan fisik
  2. Pelapukan kimia
  3. Pelapukan biologis
Pelapukan fisik sering disebut juga alterasi yakni proses pemecahan dan pelembutan batuan tanpa mengalami perubahan susunan kimia dan tidak ada pembentukan mineral baru.
Pelapukan kimia adalah proses pelapukan dan penguraian pecahan-pecahan batuan dan mineral-mineral ke dalam unsur-unsur penyusunnya yang biasa disertai dengan pembentukan mineral-mineral baru.
Pelapukan biologis adalah pelapukan yang disebabkan kegiatan tanaman dan hewan, baik yang tingkat tinggi maupun yang tingkat rendah. Dalam proses pemecahan batuan induk menjadi tanah terjadi aktivitas hidup organisme. Bakteri autotrof dan lumut-lumut pada waktu mati menjadi bahan organik bagi kehidupan organisme yang lain. Tumbuhan tingkat tinggi berperan dengan aktivitas akar-akarnya masuk dicelah-celah retakan batuan dan seterusnya.


Faktor-Faktor Pembentukan Tanah
Faktor-faktor yang menentukan pembentukan tanah adalah sebagai berikut :
  1. Iklim
  2. Batuan Induk
  3. Organisme
  4. Relief (tinggi rendahnya permukaan)
  5. Manusia
  6. Waktu
Semua faktor ini tidak berdiri sendiri tetapi saling mempengaruhi dan saling berkaitan.
1.      Iklim
Iklim merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah, anasir iklim yang penting dalam pembentukan tanah adalah curah hujan, suhu dan kelembapan udara.curah hujan, suhu dan kelembapan udara menentukan kelembapan dan suhu tanah yang menentukan watak pelapukan mineral-mineral yang ada dalam bahan induk tanah.
2.      Batuan induk
Pemahaman batuan induk sebagai penyedia asal mineral dalam tanah adalah penting ,walaupun tanah bukan merupakan hasil dari pelapukan batuan induk secara langsung. Tanah adalah hasil ppe4kembangan lebih lanjut dari hasil pelapukan batuan induk yang di sebut dengan  bahan induk tanah.Bahan induk tanah dapat berasal dari batuan induk yang langsung berada di bawahnya  dan dapat pula beraal dari batuan induk yang lokasinya jauh dari lokasi keberadaan bahan induk tanah saat ini.
Batuan induk tanah dapat di kelompokan menjadi tiga glongan yaitu, batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf. Ketiga jenis  batuan penyusun kerak bumi mempunyai sifat dasar yang khas yang berpengaruh kuat pada resistensi batuan terhadap proses pelapukan.
3.      Organisme
Organisme merupakan faktor pembentuk tanah aktif bersama –sama dengan iklim. Peranan organisme sangat luas dalam pembentukan tanah,mulai dari penghancuran batuan melalui aksi akar tanaman tingkat tinggi hingga pembentukan hara oleh mikro organisme tanah.
Akar tanaman akaan melebarkan pori tanah sehingga aerasi tanah menjadi sangat baik. Akar tanaman  menyerap air di dalam profil tanah sehingga tanah terjamin tidak berada dalam kondisi jenuh. Akar tanaman mengeluarkan senyawa-senyawa tertentu menyebabakan mineral primer yang ada dalam batuan induk  menjadi mudah lapuk.
Peranan hewan makro tanah terhadap pembentukan tanah adalah dalam bentu penyediaan rongga ( pori) serta restribusi tanah. Hewan makro tanah memindahkan tanah bawah permukaan ke permukaan. Organisme  mikro menyebabkan terbentuknya agregasi partikel-partikel tanah membentuk struktur tanah yang mantap. Organisme mikro juga menjamin ketersediaan unsur-unsur hara tertentu seperti Nitrogen yang sangat dibutuhkan  oleh tumbuhan tingkat tinggi.
4.      Relief
Analisir yang penting dalam kaitannya dengan pembentukan tanah adalah sudut lereng dan ketinggian tempat.tinggi tempat mempengaruhi suhu udara,semakin tinggi suatu tempat maka akan mempunyai suhu yang lebih rendah. Analisir relief yang lain yang juga berpengaruh  terhadap pembentukan tanah adalah hadap lereng serta posisi lerreng terhadap wilayah sekitar. Hadap lereng merupakan faktor pentibng, terutama pada wilayah lintang tinggi, karena menentukan intensitas  penyinaran matahari. Pada wilayah lintang rendah ( sekitar khatulistiwa) hadap lereng mempunyai pengaruh yang berbeda . hadap terhadap samudra mungkin dapat di pertimbangkan sebagai sebuah faktor yang berpengaruh pada pembentukan tanah yang perlu diteliti.
5.      Manusia
Manusia merupakan faktor pembentuk tanah yang aktif. Berbagai bentuk aktivitas manusia di atas permukaan tanah dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya telah banyak memengaruhi proses pembentukan tanah.
6.      Waktu
Semua proses yang terjadi di permukaan bumi membutuhkan waktu untuk menghasilkan tingkat pengaruh yang kasat mata. Semakin panjang kurun waktu berlangsungnya suatu proses maka akibatnya akan jelas terlihat. Pada prinsifnya semakin panjang kurun waktu yang perkembangan tanah berlangsung maka tanah akan semakin tebal, tanah yang tebal akan semakin miskin unsur hara,  karna sebagian besar unsur hara telah terlindi, tanah semakin pucat karena hanya tertinggal unsur resisten berupa mineral alumino silikat.
Proses pembentukan tanah di dahului oleh penghancuran pelapukan batuan induk. Proses pelapukan batuan induk yang menghasilkan bahan induk disebut sedimentasi bahan induk tanah. Pembentukan tanah sendiri dimulai dari longgokan bahan induk tanah hingga membentuk profil tanah





Daftar Pustaka
Hanafiah, K.A. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Pers.

Mustafa, Muslimin. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Nurmala, Tati, dkk. 2012. Pengantar Ilmu Pertanian. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Sartohadi, junun. Jamulya. Sari Dewi Nurindah 2012, Pengantar Geografi Tanah . Yogyakarta: Pustaka Pelajar


Pengertian Horizon Tanah



Horizon tanah adalah lapisan tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan bumi dan mempunyai ciri-ciri tertentu (khas). Profil dari tanah yang berkembang lanjut biasanya memiliki horizon-horizon tanah. Pembentukan lapisan atau perkembangan horizon dapat membangun tubuh alam yang disebut tanah. Profil dari tanah mineral  yang  telah berkembang lanjut biasanya memiliki horizon-horizon sebagai berikut:
Lapisan tanah atas (topsoil) terdiri dari: (1) horizon O, dan (2) horizon A. Lapisan tanah bawah (subsoil) terdiri dari: (1) horizon E, dan (2) horizon B. Solum tanah meliputi: (1) lapisan tanah atas, dan (2) lapisan tanah bawah.
1)      Horizon O
Horizon O merupakan horizon bagian atas, lapisan tanah organik, yang terdiri dari humus daun dan alas. Utamanya dijumpai pada tanah-tanah hutan yang belum terganggu. Merupakan horizon organik yang terbentuk di atas lapisan tanah mineral. Horizon organik merupakan tanah yang mengandung bahan organik > 20% pada seluruh penampang tanah, tanah mineral biasanya kandungan bahan organik kurang dari 20% karena sifat-sifatnya didominasi oleh bahan mineral. Ada 2 jenis horizon O yaitu :
a)         O1: bentuk asli sisa-sisa tanaman masih terlihat berupa  guguran daun-daun dan puing-puing organik yang belum terombak.
b)         O2: bentuk asli sisa-sisa tanaman tidak terlihat merupakan campuran bahan bahan dan rombakan bahan organik.
2)   Horizon A
Horizon A merupakan horizon di permukaan yang tersusun oleh campuran bahan organik dan bahan mineral. Horizon A juga disebut sebagai horison eluviasi (pencucian). Ada 3 jenis horison A, antara lain :
a)         A1 : Horizon ini merupakan horizon percampuran antara horizon organik dan mineral sehingga pada lapisan ini berwarna kelam/ gelap (dark). Keterdapatan bahan organik pada lapisan ini burujud partikel tersendiri atau bahan organik yang menyelaputi bahan mineral.
b)         A2 : Horizon ini dikenal juga sebagai horizon ”eluviasi” atau lapisan yang mengalami pencucian secara maksimal. Kation bahan organik, besi, alumunium dan atau basa lain yang berwarna telah mengalami pencucian dan yang tertinggal adalah bahan-bahan resisten kuarsa yang kasar dan tidak berwarna, sehingga pada lapisan iniditandai dengan warna yang pucat/terang/cerah, namun mempunyai tekstur yang paling kasar dan struktur longgar dibanding dengan lapisan-lapisan lain.
c)         A3 Horizon ini merupakan peralihan A ke horizon B atau C dengan ciri warna yang mendekati horizon A.2. Namun, apabila peralihan kurang jelas dan hanya menampakkan ciri dan warna campuran maka horizon ini diberi simbol AB jika beralih ke B, atau AC jika langsung beralih ke C.


3)   Horizon E
Merupakan  lapisan warna terang dalam hal ini adalah lapisan bawah dan di atas A Horizon B Horizon. Hal ini terdiri dari pasir dan lumpur, setelah kehilangan sebagian besar dari tanah liat dan mineral sebagai bertitisan melalui air tanah (dalam proses eluviation).  Lapisan Eluviasi atau Horison Eluviasi adalah horizon yang telah mengalami proses eluviasi (pencucian) sangat intensif sehingga kadar bahan organik tanah, liat silikat, Fe dan Al rendah tetapi kada pasir dan debu kuarsa (seskuoksida) serta mineral resisten lainnya tinggi, sehingga berwarna agak terang.
4)   Horizon B
Horizon B adalah horizon illuvial atau horison pengendapan sehingga terjadi akumulasi dari bahan-bahan yang tercuci dari horizon diatasnya. Horizon iluviasi (penimbunan) dari bahan-bahan yang tercuci di atasnya (liat, Fe, Al, bahan organik).
Ciri lain dari lapisan ini ialah :
a)         Terdapat konsentrasi residu sesquioksida dan atau lempung yang terbentuk karena larutnya karbonat atau garam-garam lainnya.
b)         Adanya ”alterasi” atau perubahan bahan-bahan dari keadaan asalnya den terbentuk struktur berbutir (granuler), gumpal (blocky) atau tiang (prismatic).
            Ada 3 Jenis Horizon B, yaitu :
a)         B1 : Horizon peralihan dengan horizon A yang mempunyai warna dan ciri yang lebih mendekati warna dan ciri horizon B.
b)         B2: Horizon yang paling maksimal menampakkan horizon B, sehingga warnanya paling kelam/tua,tekstur paling berat dan struktur paling padat.
c)         B3: Horizon peralihan dari horizon B ke C atau R dengan warna dan ciri mendekati warna dan ciri horizon B. Jika horizon percampuran ini sulit dengan horizon di bawahnya maka diberi simbol BC jika dibawahnya adalah horizon C, dan BR jika dibawahnya langsung horizon R.


5)   Horizon C
Horizon C adalah lapisan tanah yang bahan penyusunnya masih serupa dengan batuan induk (R) atau belum terjadi perubahan. Horizon C disebut juga dengan regolith: di lapisan bawah dan di atas Horizon B R Horizon. Terdiri dari sedikit rusak bedrock-up. Tanaman akar tidak menembus ke dalam lapisan ini, sangat sedikit bahan organik yang ditemukan di lapisan ini.
Horizon ini sudah tidak terbagi lagi dimana sama sekali tidak mempunyai sifat-sifat horizon O, A, dan B tetapi tersusun atas bahan-bahan yang telah dirubah:
a)         Pelapukan di luar daerah kegiatan biologi utama,
b)         Pemadatan (cementasi) reversibel berupa proses perabuhan, penambahan berat volume dan sifat-sifat lain dari fragipan (padas),
c)         Gleysasi,
d)         Penimbunan dan pemadatan karbonat kapur atau Mg atau garam-garam lain yang terlarut,
e)         Pemadatan bahan-bahan silikat dan alkali besi dan silika.


6)   Horizon R
Batuan induk tanah (R) merupakan bagian terdalam dari tanah dan masih berupa batuan.
Dalam profil tanah terdapat 4 batas peralihan horizon yang terlihat secara visual dalam beberapa kategori, yaitu :
a)           Batas horizon nyata, apabila peralihan kurang dari 2,5 cm,
b)          Batas horizon  jelas, apabila peralihan terjadi dengan jarak berkisar antara 2,5 cm sampai 6,5 cm,
c)           Batas horizon  berangsur, apabila peralihan terjadi dengan jarak berkisar antara 6,5 cm sampai 12,5 cm, dan
d)          Batas horizon  baur, apabila peralihan terjadi dengan jarak lebih dari 12,5 cm.
Bentuk topografi dari batas horizon dalam profil tanah yang terlihat secara visual dibagi dalam 4 kategori, yaitu: (1) bentuk topografi datar, (2) berombak, (3) tidak teratur, dan (4) terputus.

Menurut Kemas (2012), meskipun tanah terdiri dari beberapa horizon, namun bagi tetanaman yang sangat penting adalah horizon O-A (lapisan atas) yang biasanya memiliki ketebalan dibawah 30 cm, bahkan bagi tanaman berakar dangkal seperti padi, palawija, dan sesayuran yang paling berperan adalah kedalaman di bawah 20 cm. Oleh karena itu, istilah kesuburan tanah[5] biasanya mengacu kepada ketersediaan hara pada lapisan setebal ini, yang biasa disebut lapisan olah. Namun bagi tetanaman perkebunan dan kehutanan (pepohonan) untuk jangka panjang  lapisan tanah bawah juga akan menjadi sumber hara dan air.

Foto horizon tanah 
Tanah yang tersusun dari beberapa lapisan, dari foto tersebut nampak lapisan organik, yang masih ditumbuhi rerumputan.
Horizon tanah yang terlihat secara keseluruhan, dalam foto ini nampak Horizon O, Horizon A, Horizon B, dan Horizon C.

 
Tanah yang ditumbuhi rerumputan, dalam foto tersebut masih nampak batuan induknya atau horizon C.




DAFTAR PUSTAKA



Hanafiah, K.A. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Pers.

Mustafa, Muslimin. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Nurmala, Tati, dkk. 2012. Pengantar Ilmu Pertanian. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Sartohadi, junun. Jamulya. Sari Dewi Nurindah 2012, Pengantar Geografi Tanah . Yogyakarta: Pustaka Pelajar